Selasa, 30 Juli 2019

Peran Tarekat Lintas Benua

Sebagian mengambil jalan tarekat sebagai wujud protes pada hedonisme penguasa, sebagian lagi meyakini bisa mengubah masyarakat lebih baik


Klik disini
Agar daging Qurban-mu Tepat Sasaran


Muslimonitor | Sepanjang sejarah, tarekat telah berkembang dinamis menyikapi gejolak zaman. Tarekat berarti tradisi sufi atau jalan spiritual (tasawuf). Tarekat juga sering diartikan persaudaraan sufi, sebuah organisasi sosial sufi yang memiliki anggota dan sejumlah peraturan, serta berpusat pada hadirnya seorang mursyid (guru). Di dunia Islam, gerakan ini mulai berkembang pesat pada abad ke-12.

Perkembangan itu tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosio-historis masyarakat Muslim. Sebagian memilih jalan tarekat sebagai bentuk asketisme, protes atas hedonisme di istana-istana khalifah. Sebagian yang lain memandang tarekat dapat menjadi jalan perbaikan di tengah kemunduran kaum Muslim, seperti yang dilakukan Syekh Abd al-Qadir al-Jailani pada abad ke-12.

Majid Irsan al-Kilani dalam Hakadza Zhahara li Shalahiddin wa Hakadza Mat al-Quds, mengatakan, kelahiran generasi Shalahuddin tidak lepas dari peran al-Jailani dengan jejaring tarekatnya. Tarekat di sini menjadi ruang penggodokan semangat jihad dan iman pemuda Muslim.

Akan tetapi, kini tarekat sering dicitrakan kolot, tradisional, tidak punya sensitivitas sosial-politik, dan apolitis. Padahal, sejarah menunjukkan peran besar kaum tarekat di berbagai negara dalam perjuangan politik melawan kolonialisme. 

Mereka turut andil mengawali kebangkitan dan pembentukan negara. Azyumardi Azra dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (ed. Taufik Abdullah) menulis, penetrasi dan kolonisasi Eropa ke dunia Islam, khususnya sejak abad ke-19, adalah salah satu faktor penting yang mendorong terjadinya perubahan dalam tasawuf dan tarekat.

Tantangan militer, politik, intelektual, dan kebudayaan Barat sebagai ancaman bagi umat Muslim secara khusus sangat terasa di kalangan tasawuf dan tarekat. Ekspansi kolonialisme Barat ini mendorong politisasi dan radikalisasi tarekat. Karena itu, di berbagai tempat, kaum tarekat gigih melawan kolonialisme Barat.

Sebelum masuk ke peran po li tik, peran sufisme pertama-ta ma telah tampak dalam proses Islamisasi. Misalnya, penyebaran Tarekat Qadiriyah dan Syadziliyah pada awal abad ke-20 di kawasan Afrika Timur dan daerah lepas pantai Afrika Timur, seperti Tanganyika, Soma lia Selatan, Zaire Timur, Mozambique, Mala wi, Kepulauan Comoros, dan Madagaskar barat daya.

Meski menghadapi oposisi dengan tarekat lain, Tarekat Qadiriyah di bawah pimpinan Syekh Uwais bin Muhammad al-Barawi berhasil mengislamkan sebagian wilayah Somalia. Khususnya, suku Rahanwayn di wilayah Lembah Juba.

Istilah tarekat menjadi sinonim dengan masuk Islam. "Di wilayah-wilayah ini, Tarekat Qadiriyah menjadi gerakan Islam paling terkemuka dan terus giat melakukan Islamisasi di kalangan suku-suku asli Afrika yang tidak atau belum sepenuhnya tersentuh Islam," catat Azra.

Islamisasi di Afrika Selatan juga identik dengan penyebaran tarekat, khususnya sejak zaman Syekh Yusuf al-Makassari, ulama asal Makassar yang dibuang ke Cape Town karena perlawanannya terhadap Belanda dalam Perang Banten. Sebagai mursyid berbagai tarekat, Syekh Yusuf menyebarkan praktik tasawuf di kalangan kaum Muslim Cape Town.

Seorang misionaris Belanda yang menyelidiki Islam di Afrika Selatan, Samuel M Zmewer, dalam "Islam at the Cape Town" (1925), menemukan kekuatan Islam di wilayah ini terletak pada Tarekat Qadiriyah, Rifa'iyah, Khalwatiyah, Syadziliyah, dan Chistiyah. Perkembangan Islam di Afrika Selatan kian intensif dengan kedatangan berbagai guru tarekat sepanjang abad 18-awal sampai abad ke-20. Sejumlah kawasan lain, seperti India, Indonesia, dan Asia Selatan mencatatkan cerita serupa.

Sepanjang abad ke-19 dan 20, berbagai tarekat memainkan peran penting dalam memengaruhi respons kaum Muslim, baik terhadap Barat atau situasi internal kaum Muslim.

Kenyataan itu paling terlihat jelas di Afrika. Salah satunya, gerakan jihad melawan kedatangan dan ekspansi kolonial Prancis yang dipimpin oleh Amir Abd al-Qadir dari Aljazair. Gerakan ini didukung penuh oleh Tarekat Mukhtariah, cabang dari Tarekat Qadiriah.

Bermula pada 1830, ketika Prancis menyerbu Aljazair, Abd al-Qadir memimpin perlawanan selama 13 tahun. Ia tertangkap pada 1847, namun para pengikutnya terus meng adakan perlawanan hingga 1904. Perlawanan juga dila ku kan Haji Umar Tal dari Tarekat Tijaniyah selama 1855-1864. Gerakan ini meliputi wilayah Guinea, Senegal, dan Mali, melawan penguasa non-Muslim Afrika dan Prancis.

Masih di Afrika, gerakan dilancarkan Syekh Muhammad Abdullah Hasan, yang oleh kolonialis disebut Mad Mullah karena kegilaannya melawan kolonialisme Inggris dan Italia di Somalia selama lebih dari dua dekade (1899-1920). Gerakan ini disokong penuh oleh Tarekat Sahiliyah. Perlawanan itu tidak hanya melibatkan Inggris, tapi juga Etiopia dan Italia setelah Inggris angkat kaki dari Somalia pada 1905.

Yang lebih menarik, Tarekat Sanusiyah di Libya. Tarekat Sanusiyah didirikan di Makkah pada 1837 oleh Sidi Muhammad bin Ali as-Sanusi, kemudian menyebar ke Libya dan sekitarnya. Tarekat Sanusiyah di Libya berkembang menjadi alat pemersatu masyarakat. Van Bruinessen menuturkan, orang Badui di Libya terdiri atas sejumlah suku yang saling bertikai. Karena itu, Syekh Muhammad as-Sanusi biasanya mendirikan zawiyah di perbatasan antara wilayah dua atau tiga suku supaya pengikutnya tidak terdiri dari satu suku saja.

Pada awal abad ke-20, tarekat ini memiliki ratusan zawiyah di kawasan Gurun Sahara sampai Timbuktu. Kedudukan tarekat Sanusiyah tidak terusik sampai kedatangan Prancis dan Italia ke Libya pada 1911. Menjalin afiliasi dengan Turki Utsmani, perlawan an pun dilancarkan terhadap pasukan kolonial.

Guru- guru tarekat mempersatukan dan mengoordinasikan semua suku Badui. Negara Libya mo dern merupakan hasil perjuang an tarekat Sanusiyah. Pergolakan politik usai Perang Dunia II menempatkan Sayid Muhammad Idris sebagai penguasa Libya.

Perlawanan juga terjadi di kawasan Asia Tengah dan Kaukasus. Amjad Jaimoukha dalam The Chechens: A Handbook mencatat, tarekat yang paling berkembang di Kaukasus Utara adalah Naqsyabandiyah dan Qadiriyah. Sementara, pengikut Naqsyabandiyah terkonsentrasi di timur Chechnya, Qadiriyah mendominasi di bagian barat Chechnya dan

Tarekat Naqsyabandiyah menjadi kekuatan utama di balik perlawanan Muslim pada paruh pertama abad ke-19. Di bawah pimpinan Syekh Mansyur Usyurma, gerakan jihad melawan ekspansi Rusia dilakukan oleh para pengikut tarekat ini antara 1782-1791. Ia mendapat dukungan luas di Daghestan Utara dan Chechnya. Kaum tarekat berhasil mematahkan gerakan pasukan Rusia di Sungai Sunzha pada 1785.

Tertangkapnya Syekh Usyurma tak membuat perlawanan ini lemah. Pada 1820-an, kaum tarekat kembali melancarkan perlawanan di bawah pimpinan Syekh Muhammad Effendi, ulama asal Turki Utsmani. Gerakan ini bertahan hingga 1860. Tarekat Qadiriyah di wilayah ini juga melancarkan pemberontakan yang kemudian dikenal dengan `Revolusi Daghestan dan Chechnya\' pada 1877-1878. Hingga awal abad ke-20, kedua tarekat ini berulang kali mengadakan perlawanan.

Khawatir dengan gerakan kedua tarekat ini, Rusia sampai mengeluarkan pelarangan terhadap Tarekat Naqsyabandiyah dan Qadiriyah. Tapi, itu tidak banyak berarti karena para pengikut tarekat tetap menjalankan aktivitas di bawah tanah. Selain perjuangan kemerdekaan, sufisme juga mengembangkan budaya literasi di Kaukasus Utara.

Perlawanan kaum tarekat melawan Rusia juga terjadi di Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kirghistan. Sejak 1918, di wilayah ini muncul gerakan Basmachi Naksyabandi. Gerakan ini berhasil ditumpas Tentara Merah Rusia pada 1928, tetapi penumpasan itu malah mendorong politisasi lebih kuat di kelompok tarekat. Gerakan serupa muncul di kawasan Asia Tengah lain, khususnya yang berada di bawah kekuasaan Cina. Pada 1817, kaum Tarekat Naqsyabandiyah di wilayah Xinjiang melancarkan perlawanan terhadap kekuasaan Dinasti Qing. Kemudian, di daerah Shanxi dan Gansu pada 1862.

Politik
Aktivitas tarekat tidak hanya melawan kolonialisme, melainkan di kancah politik secara umum. Para penguasa sering kali memandang tarekat sebagai sumber kekuatan spiritual, sekaligus alat melegitimasi dan mengukuhkan posisinya di mata rakyat. Gerakan tarekat memiliki potensi politik besar lantaran sifat kohesif dan kemampuannya memobilisasi massa. Dengan karakter ini, tarekat bahkan mampu menjadi basis pembentukan negara, seperti Tarekat Sanusiyah di Libya.

Di Senegal, sejak masa penjajahan Prancis, Tarekat Muridiyah telah berada di panggung politik. Hal serupa ter jadi di Sudan Mesir, Irak, Kurdistan, dan Turki. Azra menambahkan, tarekat juga memainkan peran dalam seja rah dan politik Muslim di Eropa Timur, terutama Albania, Kosovo, Bosnia, dan Bulgaria. Yang paling dominan, antara lain Tarekat Khalwatiyah, Rifaiah, Naqsyabandiyah, Qadiriyah, Maulawiyah, Malamiyah, dan Tijaniah. Kiprah mereka beragam, mulai dari tulang punggung partai politik, penasihat raja, hingga oposisi pemerintah.

Sebagian mampu bertahan pada masa kejayaan rezim komunis. Pusat tasawuf dan tarekat, seperti Sarajevo, Ruscuk, Razgrad, dan Sumen (Bulgaria) tetap aktif melakukan praktik sufistis dan mengalami kebangkitan setelah jatuhnya komunisme. Dalam Perang Bosnia awal 1990-an, tarekat Naqsyabandiyah dan Qadiriyah menjadi salah satu jaringan organisasi militer Bosnia melawan militer Serbia dan Kroasia. Sejumlah syekh sufi menjadi komandan tentara dan jenderal.

Tarekat Naqsyabandiyah merupakan salah satu yang paling besar, dengan cabang-cabangnya di hampir seluruh dunia Islam. Menurut Martin van Bruinessen dalam Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, kebanyakan pengikut Tarekat Naqsyabandiyah menjalin hubungan baik dengan penguasa. Banyak syekh memiliki pengaruh kuat di kalangan elite politik. Di Turki, Sultan Bayazid II (akhir abad ke-15) terkenal sebagai penguasa yang memiliki hubungan akrab dengan berbagai guru tarekat. Sementara di India, Sultan Aurangzeb juga dipengaruhi oleh beberapa syekh Naqsyabandiyah. Mereka menaruh andil besar dalam menciptakan perubahan kehidupan beragama pada masa itu. 


Silakan Klik 
Lengkapi Kebutuhan Anda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOTA SUFI Liqo Menguatkan Robithoh

KOTA SUFI Liqo Menguatkan Robithoh Pertemuan antara tarekat muktabarah akan terasa langsung seperti bertemu saudaranya